Belajar Sifat Kebapakan Indra Sjafri



Bangkalan, Madura – Sosok Indra Sjafri mungkin sudah sangat dikenal oleh masyarakat Indonesia saat ini. Berkat tangan dinginnya, TimNas U-19 yang awalnya hanya dipandang sebelah mata, menjadi tim yang sangat diperhitungkan. Piala AFF U-19 serta lolos ke putaran final Piala Asia U-19 setelah mengalahkan juara bertahan Korea Selatan dengan skor 3-2 (12/10), menjadi bukti pemikiran, konsistensi dan kerja kerasnya dalam menangani sekumpulan anak muda berbakat ini.

Prestasi yang datang silih berganti dari TimNas U-19 ini tidak datang begitu saja. Bersama beberapa rekannya seperti Eko Purjianto sebagai asisten pelatih dan Jarot Supriadi sebagai pelatih kiper, beliau mulai mencari mutiara sepakbola Indonesia di seluruh pelosok tanah air sejak tahun 2012.
Beliau berani melepaskan diri dari pemikiran sebagian pengurus yang menyatakan bahwa bakat-bakat muda itu hanya berada di kota besar. Menurut pandangannya, bakat-bakat muda itu harusnya lebih banyak di daerah.

“Di desa masih banyak tanah lapang, berbeda dengan di kota.”

Sebelum mencapai prestasi yang membanggakan Indonesia di mata dunia, banyak hal yang menjadi batu kerikil Indra Sjafri dkk. Pengurus yang acuh, tidak adanya kejelasan gaji, hingga pemain-pemain “titipan” sempat menghiasi perjalanan pelatih berdarah Minang ini.

Meski begitu, sosok kepemimpinan dalam diri Indra Sjafri makin terlihat jelas. Sebagai nahkoda dalam sebuah perahu besar bernama TimNas U-19, beliau berhasil mengajak dan memotivasi seluruh anggota timnya untuk bangkit dan berjuang bersama.

Setelah berdoa dan meneriakkan kata-kata “semangat” tiga kali, beliau memposisikan dirinya di ujung pintu kamar ganti dan membukanya. Anak-anak muda yang menjadi idola masyarakat ini bergantian mencium tangan Indra Sjafri disusul tepukan tangan dari seluruh asisten pelatihnya. Beliau menjadi orang terakhir yang keluar sembari menutup pintu kamar ganti.

Dari hal sederhana tersebut, kita bisa mengambil sifat kepemimpinan dari Indra Sjafri. Sebagai pemimpin, beliau yang “membukakan pintu” timnya dalam menggapai cita-cita. Tapi, menjadi orang “terakhir” keluar dari kamar ganti pemain untuk memastikan seluruh timnya tidak ada yang ketinggalan dalam “perahu besarnya” ini.

Apa yang dilakukan beliau 'mungkin' bagi kita sederhana. Namun, dari sana kita bisa melihat kapasitas kepemimpinan dan ke-bapak-an beliau dalam menahkodai tim Garuda Jaya. Tidak salah bila beliau menjadi panutan bagi pemainnya dan asisten pelatihnya. Dengan tangan dinginnya, Garuda Jaya bersiap menuju pentas besar Piala Dunia U-20 di New Zealand 2015. Semoga ekspektasi masyarakat Indonesia dan harapan serta impian pasukan muda Indonesia untuk masuk Piala Dunia bisa diwujudkan Indra Sjafri dan timnya.

0 komentar:

Posting Komentar